Rayap adalah
tergolong dalam binatang Arthropoda, kelas Insekta dari Ordo Isoptera yang
terdiri atas enam family, yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae,
Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae (Krishna
1969). Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih pemakan selulosa yang
sangat berbahaya bagi bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung
selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat,
plywood, blockboard dan laminated board) (Hasan, 1984).
Rayap merupakan serangga social yang hidup dalam
suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap terdiri
atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta prajurit dan
kasta pekerja). Rayap kasta reproduksi berperan dalam pembentukan dan
penyebaran koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota
koloni dari hewan-hewan penggangu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat
telur dan nimfa, membuat dan memelihara sarang serta mencari dan member makan
untuk seluruh anggota koloni (Krishna, 1969)
Rayap juga merupakan serangga yang sudah akrab
dengan kehidupan manusia. Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak
bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal, pada
awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam.
Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan masyarakat
karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan yang
cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan yang
dilakukan oleh manusia (Nandika, 2003).
Menurut Borror dan De Long (1998), Rayap hidup
dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam
koloni terdapat serangga bersayap dan serangga tidak bersayap, ada juga yang
hanya mempunyai tonjolan sayap saja. Sayapnya berjumlah dua pasang yang
menempel pada bagian toraks dan berbentuk seperti selaput, dengan pertulangan
sederhana dan reticulate. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan
sayap belakang, dan oleh karena itilah ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama,
petra = sayap).
Rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan
selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif
kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Bagi
masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap
merupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di
samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis
yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena
dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk
mengendalikan hama perusak kayu.
Rayap merupakan salah satu serangga yang berperan
penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu dengan cara
membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal
sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos
dan hancur (Tarumingkeng, 2004).
Menurut Nandika
et, al. (2003), C. curvignathus merupakan rayap tanah yang
paling luas seranganya di Indonesia. Klasifikasi rayap tanah C. curvignathus
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Kelas : Insecta
Sub-kelas :
Pterigota
Ordo : Isoptera
Family :Rhinotermitidae
Sub-Family : Coptotermitinae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes
curvignathus
Ciri-ciri
Ordo Isoptera
Isoptera berasal dari bahasa Latin
adalah iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap sama. Ciri-ciri
lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah sebagai berikut : (Ismantono, 2005).
1) Tubuh lunak.
2) Memiliki dua
sayap yaitu sayap depan berupa Sayap yang agak menebal seperti kulit
3) Bersifat
hemitabola.
4) Memiliki dua
pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung
dengan abdomen yang ukuran lebih besar, merupakanserangga social.
5) Mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
6) Tipe mulut
pengunyah.
7) Cara
hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yangdisebut
polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atautentara.
8) Contoh
spesies : Helanithermis sp. (rayap). Rayap mengalami 4 kasta meliputi:
a) Kasta
reproduksi pertama, bersayap dan akan ditanggalkan setelah perkawinan.
b) Kasta
reproduksi kedua, dewasa secara seksual tapi dalam bentuk nympha.
c) Kasta
pekerja, tidak bersayap, buta, dan memilki banyak tugas yang berguna untuk
memelihara koloni.
d) Kasta
tentara, bersifat steril tidak bersayap, memiliki kepala danmandibula yang
besar, serta bertugas menjaga koloni.
Morfologi
& Anatomi
Rayap yang
ditemukan di daerah tropis jumlah telurnya dapat mencapai ± 36000 sehari bila
koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Bentuk telur rayap ada yang berupa butiran
yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok terdiri dari 16-24 butir telur
yang melekat satu sama lain. Telur-telur ini berbentuk silinder dengan ukuran
panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm (Hasan, 1986).
Nimfa muda
akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang
menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron (Nandika dkk, 2003).
Kepala
berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat
ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15
segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara
sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan
mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar
pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian
abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih
kekuning-kuningan (Nandika dkk, 2003).
Tubuh
Isoptera tersusun oleh :
1. Caput
Prognathous.
Mempunyai mata majemuk, kadang-kadang mengecil, mempunyai dua ocellus atau
tidak mempunyai. Antena panjang tersusun atas sejumlah segmen, sampai tigapuluh
segmen. Tipe mulut penggigit dan pengunyah (Rizali, 1995)
2. Thorax
Mempunyai
dua pasangan sayap yang bersifat membran, kedua pasang sayap ini mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama, pada keadaan istirahat pasangan sayap melipat di
bagian dorsal abdomen. Kebanyakan pekerja dan tentara tidak bersayap.
Pasangan-pasangan kaki pendek, coxae sangat berkembang, tarsusu terdiri atas
empat sampai lima segmen, dengan sepasang ungues (Rizali, 1995)
3. Abdomen
Tersusun
atas sebelas segmen. Sternum segmen abdomen pertama mengecil. Sternum segmen
abdomen kesebelas menjadi paraproct. Cercus pendek tersusun atas enam sampai
delapan segmen (Rizali, 1995)
Siklus Hidup
Isoptera (Rayap)
Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan
mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis
dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur
rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna
putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. TelurC.curvignathus akan
menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam
lingkugan yang sebagian besar diaturdalam koloni dan terisolir dari pengaruh
nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat
diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an
siap terbang dapat diatur (Borror, 1996).
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit
sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan
calon laron (Nandika, 2003).
Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari
seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur
pertama dari seluruh koloni yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja.
Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja
secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta
pekerja dapat mencapai 19-24 bulan. Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari
nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan
denan anggota perbentukan pertama. Kepala dilapisin dengan polisacharida yang
disebut chitin dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari
pangkal sterink terdapat alat kelamin yang tidak berkembang dengan sempurna
sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul (Hasan, 1986).
Struktur
Hidup
Rayap merupakan serangga social yang hidup dalam
suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap terdiri
atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta prajurit dan kasta
pekerja). Rayap kasta reproduksi berperan dalam pembentukan dan penyebaran
koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota koloni dari
hewan-hewan penggangu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat telur dan
nimfa, membuat dan memelihara sarang serta mencari dan member makan untuk
seluruh anggota koloni (Krishna, 1969).
Seperti dalam kehidupan masyarakat,
rayap memiliki kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta
mempunyai tugas dan peran masing-masing yang dilakukan dengan tekun selama
mereka hidup demi untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Kasta rayap
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kasta Reproduksi
Kasta Reproduktif
terdiri atas individu-individu seksual yaitu rayap betina (yang
abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya hanya bertelur dan jantan
(raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika
dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina
dapat menghasikan ribuan telur; dan sperma dapat disimpan oleh betina
dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan
kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta
reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu (Ismantono, 2005).
Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu Laron/Alates sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk “ratu” atau “raja” baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru (Ismantono, 2005).
Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu Laron/Alates sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk “ratu” atau “raja” baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru (Ismantono, 2005).
2. Kasta
Prajurit / Soldier
Kasta ini
ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi)
kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan
kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para
pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat
diteruskan melalui “suara” tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju
ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu
sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut
sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka
umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena
prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk
gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan
terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang
bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili
Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi
memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti “tusuk”) sebagai
alat penyemprot racun bagi musuhnya (Prayogo, 2007).
3. Kasta
Pekerja / Worker.
Kasta ini membentuk
sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni
merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa
berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan
dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan
membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan
membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit,
sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun
kasta pekerja sendiri
Habitat
Dasar
pembangunan sarang ini adalah adanya rangsangan yang mungkin berupa pergerakan
udara, bau, cahaya, temperatur dan sebagainya yangberbeda/mengganggu keadaan
normal dari lingkungan koloni. PadaZootermopsis dan Reticulitermes, rangsangan
direspon dengan menumpukkotoran dan memberikan alarm rayap lain, ini diikuti
dengan pembangunansarang. Kemudian akan timbul rangsangan kedua dan seterusnya.
Adanya rangsangan-rangsangan ini disebut stigmergie hypothesis yaitu
mekanismeperilaku membangun (Susanta, 2007)
Pembuatan
sarang rayap tanah dimulai dari bawah membentuk queenchamber yang berbentuk
dome, kemudian sarang dikembangkan ke atassecara berlapis-lapis mengikuti
bentuk queen chamber (Prayogo, 2007).
Sistem
Struktur Pada Sarang Rayap Tanah pada dasarnya sarang tersusun dari bulatan-bulatan
yang memilikidimensi dan bentuk yang tidak beraturan (maksudnya bulatan itu
tidaksempurna bulatnya) lebih menyerupai crispy pada coklat (Putra, 1994).
Peranan Dan
Pengendalian Ordo Isopter (Rayap)
Diseluruh dunia jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies
(sekitar 120 spesies merupakan ham) sedangkan lebih kurang dari 20 spesies yang
diketahui berperan sebagai hama perusak kayu dan sebagai vektor penyakit pada
manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama dan perusak
bengunan. Kebanyakan serangga seperti jenis rayap juga sangat diperlukan dan
berguna bagi manusia. Rayap biasa berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan
jaring-jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva
serangga yang hidup di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan
mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme lainnya di suatu
ekosistem sungai atau danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk
tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Tobing,
2007).
Pengendalian
rayap hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan insektisida kimia
(termisida), yang dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu melalui
penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau granula
dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran
tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman disekitar tanaman
(Wulandari, 2009).
Racun kuat
yang kebanyakan dari kelompok fosfat-organik atau organofosfat dan karbamat
kurang dapat mengendalikan populasi rayap karena sifatnya yang tidak tahan lama
(non persistent) di lingkungan, walaupun kekuatannya luar biasa. Salah satu
contoh fosfat organic yang sering digunakan untuk soil treatment terhadap rayap
penyerang bangunan adalah chlorpytifos (Wulandari 2009).
Nematoda
Steinernema carpocapsae memiliki efektifitas cukup mengendalikan rayap. Umumnya
nematoda Steinernema carpocapsae banyak ditemukan didalam tanah, sehingga
diharapkan rayap C. curvignathus yang selalu berhubungan dengan tanah akan
dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati. Pemberian nematoda dengan jumlah
terkecil menimbulkan 38,16% dan dengan jumlah tertinggi menimbulkan mortalitas
60,80%. Pengendalian hama terpadu (PHT) termasuk pengendalian rayap pada kelapa
sawit berpedoman pada Undang- undang No.12 tahun 1992 tentang system Budidaya
Tanaman, dan dalam sistem tersebut pengendalian hayati dengan memanfaatkan
musuh alami hama seperti parasitoid, predator dan pathogen menjadi komponen
utama, sedangkan secara kimiawi merupakan alternative terakhir (Wulandari
2009).
Pengumpanan
adalah salah satu teknik pengendalian yang ramah lingkungan. Dilakukan dengan
menginduksi racun slow action kedalam kayu umpan, dengan air trofalaksinya kayu
tersebut dimakan rayap pekerja dan di sebarkan kedalam koloninya. Teknik
pengumpanan selain untuk mengendalikan juga dapat digunakan untuk mempelajari
keragaman rayap tanah (Wulandari 2009).
0 komentar :
Posting Komentar